selamat datang di blog sebening embun

Wednesday, November 19, 2014

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah memberikan rizki dan umur panjang bagi kita semua.  Semoga segala dosa- dan kesalahan kita diampuni oleh Allah SWT., ... amiin ... amiin yaa robbil alamin.

Sejarah Singkat PGRI

Semangat keindonesiaan telah lama tumbuh di kalangan guru-guru Indonesia.
Organisasi perjuangan guru-guru pribumi pada zaman Belanda berdiri pada tahun
1912 dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB).
Organisasi ini bersifat unitaristik yang anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru
Desa, Kepala Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar pendidikan yang berbedabeda
mereka umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.
Tidak mudah bagi PGHB memperjuangkan nasib anggotanya yang memiliki pangkat,
status sosial dan latar belakang pendidikan yang berbeda. Sejalan dengan itu, di
samping PGHB berkembang pula organisasi guru baru antara lain Persatuan Guru
Bantu (PGB), Perserikatan Guru Desa (PGD), Persatuan Guru Ambachtsschool (PGAS),
Perserikatan Normaalschool (PNS), Hogere Kweekschool Bond (HKSB); di samping
organisasi guru yang bercorak keagamaan, kebangsaan atau lainnya seperti Christelijke
Onderwijs Vereneging (COV), Katolieke Onderwijsbond (KOB), Vereneging Van
Muloleerkrachten (VVM), dan Nederlands Indische Onderwijs Genootschap (NIOG) yang
beranggotakan semua guru tanpa membedakan golongan agama.
Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan yang sejak lama tumbuh mendorong
guru-guru pribumi memperjuangkan persamaan hak dan posisi dengan pihak Belanda.
Hasilnya antara lain adalah Kepala HIS yang dulu selalu dijabat oleh orang Belanda,
satu per satu pindah ke tangan orang Indonesia. Semangat perjuangan ini makin
berkobar dan memuncak sampai pada kesadaran dan cita-cita kemerdekaan.
Perjuangan guru tidak lagi berfokus pada perbaikan nasib serta kesamaan hak dan
posisi dengan Belanda, melainkan telah memuncak menjadi perjuangan nasional
dengan teriak “merdeka”.
Pada tahun 1932 nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) diubah menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI). Perubahan mengejutkan pemerintah Belanda, karena
kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan sangat tidak disenangi
oleh Belanda. Sebaliknya kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru dan bangsa
Indonesia.
Pada zaman pendudukan Jepang segala organisasi dilarang, sekolah ditutup, Persatuan
Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.
Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjiwai penyelenggaraan Kongres Guru
Indonesia pada tanggal 24-25 November 1945 di Surakarta. Melalui kongres ini segala
organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan
pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama dan suku, sepakat dihapuskan. Mereka
adalah --guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan guru yang aktif berjuang, dan
2
pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk. Mereka bersatu untuk
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di dalam kongres inilah, pada tanggal 25
November 1945 --seratus hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia--
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) didirikan.
Dengan semangat pekik “merdeka” yang bertalu-talu, di tengah bau mesiu pemboman
oleh tentara Inggris atas studio RRI Surakarta, mereka serentak bersatu untuk mengisi
kemerdekaan dengan tiga tujuan :
1. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.
2. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar
kerakyatan.
3. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.
Sejak Kongres Guru Indonesia itu, semua guru Indonesia menyatakan dirinya bersatu di
dalam wadah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
Jiwa pengabdian, tekad perjuangan dan semangat persatuan dan kesatuan PGRI yang
dimiliki secara historis terus dipupuk dalam mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rona dan dinamika politik
yang sangat dinamis, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tetap setia dalam
pengabdiannya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi
ketenagakerjaan, yang bersifat unitaristik, independen, dan nonpartisan.
Untuk itulah , sebagai penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia
dengan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal
25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan diperingati setiap tahun.
Sebagai awal sejarah baru bagi guru dan pendidikan di tanah air, pada tanggal 1
Januari 2013 kode etik guru indonesia (KEGI), yang berisi norma dan etika yang
mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, dilaksanakan.
Sejalan dengan itu, dewan kehormatan guru Indonesia, (DKGI) telah dibentuk untuk
menegakkan KEGI tersebut.
Semoga PGRI, guru dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Jakarta, 25 November 2014
Pengurus Besar
Persatuan Guru Republik Indonesia
(PB PGRI)
My Photo
Tarakan, Kalimantan Utara, Indonesia
" Less speak more action "
trims gan atas kunjungannya